Monday, March 16, 2015

Perbandingan metode pelaksanaan Konstruksi Basement Top Down dengan Bottom Up



Metode Konvensional Bottom Up
Metode ini sangat sering digunakan terutama di Proyek-proyek high risk building dengan basement di kota Yogyakarta. Sesuai dengan namanya, metode ini mengerjakan konstruksi gedung dari lantai bawah ke atas secara berurutan. Metode ini juga cukup mudah dilaksanakan, karena tidak terlalu rumit.


Metode Konstruksi Bottom-Up
Kekurangan metode konstruksi bottom-up ini diantaranya adalah :
a) Transportasi vertikal membutuhkan lahan yang luasnya sebanding dengan kedalamannya.
b) Pelaksanaan dewatering perlu lebih intensif.
c) Penggunaan konstruksi sementara sangat banyak.
d) Hampir dapat dipastikan diperlukan ground anchor.
e) Waste material tiang pancang pada saat penggalian.
f) Tidak memungkinkan pelaksanaan dengan super struktural secara efisien.

Sedangkan kelebihan metode konstruksi bottom-up ini diantaranya sebagai:
a) Sumber daya manusia yang terlatih sudah banyak memadai.
b) Peralatan yang digunakan adalah peralatan yang umum digunakan misalnya: backhoe, shovel
loader dan lainnya, tidak diperlukan peralatan khusus.
c) Tidak memerlukan teknologi yang tinggi.
d) Teknik pengendalian pelaksanaan konstruksi sudah dikuasai karena sudah banyak proyek bangunan
basement yang sudah dikerjakan sehingga pengalaman dan contoh cukup mendukung

Metode Top Down
Metode ini Tergolong baru di indonesia dan sering digunakan pada proyek2 di daerah Bali & jakarta.Metode ini dapat melakukan pengerjaan pembangunan lantai bawah dan atas secara bersamaan


 Metode Konstruksi Top-Down
Kekurangan metode konstruksi top-down ini diantaranya adalah:
a) Diperlukan peralatan berat yang khusus.
b) Diperlukan ketelitian dan ketepatan lebih.
c) Sumber daya manusia terbatas.
d) Diperlukan pengetahuan spesifik untuk mengendalikan proyek.

Sedangkan kelebihan metode konstruksi top-down ini diantaranya sebagai berikut:
a) Relatif tidak mengganggu lingkungan.
b) Jadwal pelaksanaan dapat dipercepat.
c) Memungkinkan pekerjaan simultan.
d) Area lahan proyek lebih luas.
e) Resiko teknis lebih kecil.
f) Mutu dinding penahan tanah dapat lebih dikontrol.


Alat-alat Berat
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, dan telah adanya alat–alat berat yang dapat digunakan
dalam pembuatan konstruksi, sehingga dapat tercapai mutu jalan yang lebih sempurna dengan waktu
penyelesaian yang relatif lebih singkat. Untuk mempergunakan alat tersebut sesuai dengan fungsinya
dengan waktu penyelesaian yang lebih singkat, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara
lain sebagai berikut:
1. Jenis alat yang diperlukan ditentukan berdasarkan pekerjaan yang akan dilaksanakan.
2. Jumlah / banyak alat yang diperlukan ditentukan berdasarkan volume pekerjaan dan waktu
penyelesaiannya (berapa lama waktu pekerjaan itu diselesaikan).
3. Merek yang sejenis : menyediakan alat–alat berat yang merknya sejenis (hasil produksi yang
sejenis), untuk mempermudah penyediaan perlengkapan (spare part) dan tenaga ahli untuk
memperbaiki bila terjadi kerusakan pada alat tersebut.
4. Tujuan dari penggunaan alat berat yaitu untuk mempercepat penyelesaian pekerjaan dan
mendapatkan mutu kerja yang lebih sempurna.

Untuk mempercepat penyelesaian pekerjaan, maka kita perlu mengetahui beberapa hal sebagai
berikut:
1. Alat apa yang lebih tepat digunakan untuk sesuatu pekerjaan.
2. Kapasitas dari alat tersebut.
3. Komposisi dan kondisi alat tersebut, jika kurang sempurna / kurang lengkap komposisinya
tentu tidak akan menghasilkan seperti yang diharapkan.
Alat-alat berat yang digunakan pada metode pelaksanaan basement umumnya yaitu:
1. Excavator
2. Dump truck
3. Loader
4. Bulldozer
5. Grab type equipment




Metode Pelaksanaan Konstruksi Sistem Top-Down
Pada metode konstruksi top-down, stuktur basement dilaksanakan bersamaan dengan pekerjaan galian
basement, urutan pekerjaan balok dan pelat lantainya dimulai dari atas ke bawah, dan selama proses
pengerjaannya,struktur pelat dan balok tersebut didukung oleh tiang baja yang disebut king post (yang
dipasang bersamaan dengan bored pile). Sedang dinding basement dicor lebih dulu dengan sistem
diaphragm wall.
Pada prinsipnya metode top-down dapat disebut sebagai cara membangun terbalik, yaitu membangun
dari atas ke bawah. Secara teknis, metode ini sudah bukan menjadi masalah lagi di Indonesia, tetapi
mengingat bahwa metode top-down merupakan metode yang baru digunakan akhir-akhir ini, maka
permasalahan yang timbul adalah kapan digunakan metode ini serta bagaimana teknik manajemennya
agar tercapai tujuan utama proyek tersebut
Berikut ini tahapan dalam pelaksanaan metode konstruksi top-down:
1. Penggalian dan pengecoran diaphragm wall.
2. Pengecoran bored pile dan pemasangan king post.
3. Lantai basement satu, dicor di atas tanah dengan lantai kerja.
4. Galian basement satu, dilaksanakan setelah lantai basement satu cukup strength-nya menggunakan
excavator kecil. Disediakan lubang lantai dan ramp sementara untuk pembuangan tanah galian.
5. Lantai basement dua, dicor diatas tanah dengan lantai kerja.
6. Galian basement dua, dilaksanakan seperti galian basement satu, begitu seterusnya.
7. Terakhir mengecor raft foundation.
8. King post dicor, sebagai kolom struktur.
9. Bila diperlukan, pelaksanaan basement, dapat dimulai struktur atas, sesuai dengan kemampuan dari
king post yang ada


2 comments:

  1. wwwwwwwwooooooooooooooooooowwwwwwwwww.............

    ReplyDelete
  2. top down jga memerlukan dewatering intensif jg. sblm itu point a. pasang guide wall dlu. saran : mending ente cari study kasus

    ReplyDelete